
Di Amerika diperkirakan sekitar 434.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya yang disebabkan oleh rokok. Data ini belum lagi diasumsikan dengan 5 milyar orang yang memiliki potensi untuk kehilangan hidupnya, sebagai efek samping dari asap yang ditimbulkan oleh orang yang menghisap rokok atau disebut perokok pasif. Sedangkan di Thailand sekitar 52000 orang meninggal akibat rokok, lebih dari 79% adalah kanker paru-paru dan 88% nya mengalami penyakit kerusakan pulmonary kronis. Berdasarkan data susenas yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2001 dan 2004 didapatkan kenaikan pada jumlah perokok baik dewasa maupun anak-anak di Indonesia. Dimana kenaikan berarti terjadi pada perokok perempuan (baik dewasa maupun remaja) serta anak-anak. Pada tahun 2001 jumlah perokok perempuan dewasa di Indonesia adalah 1,3% yang kemudian pada tahun 2004 angka tersebut naik menjadi 4,5%, kemudian untuk perempuan remaja (usia 15-19 tahun) pada tahun 2001 sebanyak 0,2% naik menjadi 1,9% pada tahun 2004. Untuk perokok anank-anak sendiri (5-9 tahun) pada tahun 2001 sebesar 0,4% dan naik menjadi 1,8% pada tahun 2004.
Selain berakibat pada beberapa penyakit kanker, rokok juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan serius yang beberapa diantaranya dapat menyebabkan kematian, misalnya:
Impotensi

Tulang rapuh

Kecanduan

Kerusakan Gigi

Tuberkulosis

Kerugian ekonomi

Dana yang dihabiskan untuk program pencegahan maupun pengobatan efek dari rokok mencapai $50 juta dollar pertahunnya, yang kemungkinan akan semakin bertambah karena rata-rata pemakai rokok mulai merokok pada usia kurang dari 18 tahun, yang terhitung masih remaja, dan terhitung 3000 orang remaja menjadi perokok secara berkelanjutan setiap harinnya. Oleh karena banyaknya kasus pengguna rokok yang masih terhitung sebagai pelajar, maka program pencegahan terhadap tembakau di rancang untuk dapat mencegah penggunaan tembakau di lingkungan sekolah, sebagai salah satu cara yang efektif untuk dapat mengedukasi pelajar tentang berbagai macam bahaya penggunaan tembakau bagi kesehatan mereka.
Salah satu penyebab kenapa perokok baru terus bertambah adalah karena gencarnya iklan rokok yang beredar di masyarakat, ditambah adanya image yang dibentuk oleh iklan rokok tersebut sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun, tentunya strategi ini merupakan sarana yang ampuh untuk untuk mempengaruhi remaja dan anak-anak. Untuk remaja, pengaruh pergaulan teman sebaya juga turut menjadi andil untuk pertumbuhan perokok baru. Terkadang remaja menjadi perokok pemula karena adanya desakan dari teman teman untuk dapat diterima dalam pergaulan atau supaya dipandang lebih gentle.
Dalam beberapa dekade sebelumnya, banyak sekolah yang menerapkan program pencegahan untuk mengurangi pengguna tembakau dikalangan remaja yang nantinya dapat dikelola secara berkelanjutan dan di implementasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Program ini dapat berjalan tidak efektif, karena program ini hanya fokus pada memberikan pendidikan agar dapat meningkatkan pengetahuan remaja terhadap informasi maupun persepsi yang salah dalam menggunakan tembakau. Namun program ini belum bisa memberikan intervensi kepada kehidupan sosial dari kalangan remaja itu sendiri, dimana lingkungan membawa pengaruh serius terhadap perilaku remaja itu sendiri.
Pada dasarnya program edukasi pencegahan perilaku merokok, bertujuan untuk dapat merubah mindset dan perilaku para remaja pada khususnya, agar dapat memahami dengan baik bahaya penggunaan rokok secara terus menerus bagi kesehatan. Meskipun nantinya program ini belum tentu dapat merubah secara penuh perilaku remaja dalam menggunakan rokok, diharapkan mereka akan memiliki pengetahuan yang cukup untuk minimal mengurangi dan bahkan berhenti untuk merokok. Karena sumber daya yang terbatas untuk mengembangkan program sekolah bebas rokok, maka dalam implementasinya program ini diharapkan dapat berjalan sebaik mungkin agar edukasi yang benar terhadap pemahaman bahaya rokok dapat terus berlajut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar